Dokumentasi Pribadi - Kegiatan Buka Bersama Pengurus dan Relawan Generasi Literat
Sepanjang ramadhan, acara buka puasa bersama (bukber) sudah menjadi kegiatan rutin. Bukber bareng keluarga, teman alumni SD-kuliah, teman kantor, teman komunitas, teman pengajian, atau tetangga. Rasanya, 30 hari ramadhan penuh dengan agenda bukber.
Selain kumpul, makan, dan foto, bukber juga biasanya mempertemukan orang-orang yang t'lah lama tak saling berkabar, atau lama tak bertemu. Karena itu, ada harapan besar-setidaknya dalam bayangan beberapa orang-bukber menjadi momentum baik untuk silaturahmi dan mempererat kembali hubungan antar peserta bukber.
Namun pemandangan itu tampaknya tak terlihat di kebanyakan acara "bukbernya anak Gen-Z". Mereka datang dengan style terbaik dan terkerennya, saling sapa sebentar, selfie dari berbagai sisi, lalu masing-masing larut dalam handphonenya. Ketika waktu buka puasa tiba, semua menu difoto dulu, ngobrol sekilas tentang pencapaian masing-masing, atau gosip-gosip tipis, lalu sampailah di sesi yang terlama dan terpenting: bikin konten velocity.
Substansi Dulu, Lalu Hiburan
Velocity adalah gerakan yang sedang tren di TikTok. Sebab salah satu ciri sebagian besar Gen Z adalah fomo (fear of missing out), maka apapun yang sedang tren dan viral di media sosial, di situlah mereka akan berada.
Selamat ramadhan, mall dan cafe tempat anak-anak muda bukber, banjir velocity.
Sebagai hiburan, membuat konten velocity bukanlah masalah. Itu juga bagian dari kreatifitas dan keseruan yang mewarnai bukber. Menjadi masalah, jika velocity lebih utama dari tujuan dan substansi bukber.
Dalam pandanganku, tujuan utama bukber adalah saling bertanya kabar, saling bercerita dan menertawai kumpulan moment Indah, juga yang konyol, sewaktu sekolah dulu, dan tak kalah penting saling berbagi ilmu juga pengalamanan hidup untuk pengetahuan dan inspirasi.
Sebelum Velocity
Pemandangan agak berbeda terlihat di bukber Generasi Literat, sebuah Komunitas kumpulan anak-anak muda. Di tengah keramaian food court salah satu mall di Jakarta, secara bergantian, sambil memegang bukunya, anak-anak muda itu menceritakan buku yang dibacanya selama bulan ramadhan. Aku salah satu dari mereka.
Selain itu, kami juga diskusi santai tentang fenomena sosial yang viral di media sosial, khususnya yang terkait dengan konten-konten yang dibuat dan dikonsumsi oleh anak muda.
Saat adzan magrib berkumandang, kami menikmati hidangan sederhana dengan harga terjangkau bagi "kantong pas-pasan", yang sudah dipesan sebelumnya. Di momen inilah kami sambil saling bercerita hal-hal yang lebih personal, semacam menanyakan perkembangan kuliah, pekerjaan, keluarga, percintaan, dan kegiatan lain dari masing-masing anggota komunitas.
Termasuk juga, kami saling berbagi ide-ide segar untuk pengembangan program-program Komunitas.
Terakhir, pastilah kami berfoto, lalu membuat konten velocity. Sebagai anak muda dan komunitas anak muda, mengikuti "tren" terkadang dibutuhkan sebagai salah satu upaya edukasi dan kampanye tentang bagaimana menjadi anak muda yang tetap kekinian tapi tetap cerdas dan berdampak bagi lingkungan.
Ikuti Kabar Kami