Penulis: Tri Indah Annisa (Relawan Program Literasi Kesehatan Mental-Generasi Literat)
Dokumentasi oleh Ufaira Nabila - Relawan Pengurus Generasi Literat
JAKARTA – Generasi Literat bekerja sama dengan Ikatan Guru Indonesia (IGI) menggelar pelatihan Training of Trainer (ToT) “Duta Guru Sehat Mental” khusus bagi para guru Bimbingan Konseling (BK) se-Kecamatan Mampang, Jakarta Selatan. Kegiatan ini berlangsung di SMP Negeri 141 Jakarta pada Senin, 26 Mei 2025.
Para peserta yang terdiri dari guru-guru BK terlihat antusias mengikuti pelatihan yang bertujuan mencetak duta guru yang peduli dan mampu menangani isu kesehatan mental di lingkungan sekolah. Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif Generasi Literat bersama IGI untuk memperkuat peran guru BK sebagai garda depan dalam menciptakan ekosistem sekolah yang ramah dan sehat mental bagi siswa.
“ToT ini bukan hanya memberikan pemahaman dasar tentang kesehatan mental, tapi juga membekali guru dengan pendekatan-pendekatan yang inovatif, kontekstual, dan relevan dengan dunia remaja saat ini,” ujar trainer utama kegiatan ini yang juga founder Generasi Literat, Mila Muzakkar.
Diskusi tentang "Tong Sampah Keresahan" yang pernah dihadapi Guru BK dalam menangani masalah siswa
Yang menarik, metode pelatihan tidak bersifat ceramah satu arah. Para peserta diajak aktif berdialog, bermain kartu identifikasi gangguan mental, memetakan konflik melalui metode pohon konflik, hingga menuliskan keresahan siswa di “tong sampah keresahan”. Semua ini bertujuan membangun empati dan sudut pandang baru dalam menangani kasus-kasus kesehatan mental siswa.
Dalam sesi refleksi, Mila Muzakkar menekankan pentingnya pelatihan semacam ini di era digital. “Gen Z adalah generasi yang paling rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Mereka hidup di tengah paparan informasi dan tekanan sosial yang tinggi. Karena itu, Guru BK perlu menjadi pelindung sekaligus sahabat yang memahami kebutuhan psikologis siswa,” ujarnya.
Selama pelatihan, banyak guru yang menyadari bahwa mereka belum mampu membedakan antara stres, gangguan mental ringan, dan penyakit mental serius. Sesi bermain kartu menjadi salah satu momen paling intim dan reflektif, di mana para guru saling bertukar pengalaman dan berdiskusi mengenai kasus-kasus yang mereka hadapi.
Salah satu peserta menyampaikan bahwa pelatihan ini membuka wawasan dan memberi bekal nyata untuk menangani siswa dengan gangguan mental. “Kegiatannya seru dan aplikatif. Saya jadi tahu banyak pendekatan baru yang bisa digunakan di sekolah,” ujarnya.
Peserta lain mengungkapkan pentingnya forum seperti ini untuk saling berbagi praktik baik antar sekolah. Ada yang sudah punya pojok curhat di sekolahnya, ada pula yang memiliki kegiatan keputrian atau curhat meeting point bersama guru BK.
ToT ditutup dengan ikrar bersama para guru BK yang hadir untuk menjadi Duta Guru Sehat Mental di sekolah masing-masing. Mereka berkomitmen untuk menerapkan ilmu yang telah didapat dan berkontribusi aktif dalam menciptakan sekolah yang mendukung kesehatan mental siswa.
Peserta guru mendapatkan salah satu cara pemetaan masalah kesehatan mental siswa menggunakan pohon masalah.
ToT ini merupakan yang kedua kalinya. Bulan lalu, kegiatan yang sama telah berlangsung di SMPN 15 Jakarta Selatan, dengan menghadirkan guru BK se-Kecamatan Tebet. ToT ini merupakan kegiatan bulanan Generasi Literat yang berada dalam divisi Program Literasi Kesehatan Mental, yang didukung oleh PT. Nusantara Pelabuhan Handal (NPH). “Ke depan, Generasi Literat berharap dapat memperluas ToT ini dengan mengunjungi guru-guru yang ada di daerah,” tutup Mila Muzakkar.
Berita lainnya